Kalapena.id – Godzilla merupakan salah satu film series bertema kaiju yang paling banyak diproduksi para sineas. Bermula dari film pertama yang diproduksi oleh Toho pada tahun 1954, dan sekarang sudah mencapai 38 film yang dibuat oleh Jepang maupun Amerika. Terakhir ada Godzilla Minus One (2023) yang juga merupakan karya dari Toho.
Film ini menarik dan mendapat label sebagai film Godzilla terbaik, karena bukan hanya membahas betapa seramnya si monster raksasa, tapi juga mengeksplorasi drama perjuangan manusia untuk kembali berjaya dari keterpurukan pasca perang dunia kedua.
Film yang disutradai Takashi Yamazaki ini mengisahkan tentang pilot Kamikaze di perang dunia kedua bernama Koichi Shikishima (Ryunosuke Kamiki), seorang pengecut yang kabur dari perang. Karena sifatnya tersebut, banyak temannya tewas usai “meet and greet” langsung dengan Godzilla.
Ia kemudian balik ke kampung halamannya di Tokyo, untuk menemukan bahwa kampung halamannya telah rata terkena serangan udara dari Amerika. Lalu kehidupannya berubah setelah kedatangan wanita tuna wisma bernama Noriko Oishi (Minami Hamabe) yang membawa seorang anak yang kehilangan orang tuanya bernama Akiko.
Disini kehidupan barunya pun dimulai. Saat mulai menata kehidupannya dengan menjadi seorang penyapu ranjau di laut, kedatangan Godzilla kembali mengancam kehidupan tenangnya bersama Akiko dan Noriko. Ia harus berjuang mengatasi rasa takutnya untuk mencegah sang kaiju menghancurkan segala yang ada di depannya.
Film ini termasuk film drama serius yang kesan slice of life-nya sangat kuat, berbeda dengan versi film versi barat yang lebih mengutamakan visualisasi dan aksi, serta komedi slapstick yang kadang garing.
Secara garis besar cerita, film ini tetap mengusung formula yang sama dengan pendahulunya, dimana Godzilla masih sebagai antagonis yang mengancam manusia. Secara porsi, kemunculan sang kaiju ini bisa dihitung menitnya, tapi kemunculannya yang minimalis itu mampu menghadirkan impact mendalam ke perjalanan cerita film, dan menimbulkan dampak psikologis yang kuat pada Shikishima.
Baca juga :
- Review Pasustri Gaje (2024), Jomblo Ngenes Dilarang Nonton
- Review Exhuma (2024), Padukan Horor Berkelas dengan Ritual Shamanisme Korea
- Review Madame Web (2024), Formula Superhero Basi Villain Underrated
Meski pakai formula jadul, jalinan cerita dalam film ini tergolong rapi. Kisahnya bukan hanya berfokus pada Shikishima, tapi juga kepada warga Jepang yang baru saja selamat dari serangan Amerika. Saat mereka tengah menata kembali kehidupan, namun malah harus menghadapi si Godzilla yang punya jurus pamungkas Atomic Breath. Kota yang baru dibangun luluh lantak dibuat si monster kadal ini, tapi tidak membuat surut semangat mereka.
Cerita yang sederhana namun penuh makna mewarnai film ini. Di satu sisi mengangkat plot cerita Shikishima dari yang semula pecundang, mengalami perkembangan diri yang luar biasa hingga menjadi seorang pahlawan. “From loser to be hero” tampaknya menjadi salah satu tema dalam film ini.
Di sisi lainnya juga mengingatkan kita agar lebih berbaik hati lagi kepada alam, karena alam selalu menghadirkan bencana untuk mereka yang kadung lupa daratan.
Interaksi antara para tokoh film ini juga berjalan secara natural, tidak ada yang berlebihan, walau kadang agak sedikit gemas dengan hubungan antara Shikishima dan Noriko.
Visualisasi Godzilla Minus One juga tampil dengan baik. Kita bisa melihat bagaimana kapal perang yang luluh lantak digampar Godzilla, lalu tampilan sang kaiju yang terkesan mengadopsi Godzilla versi lawas, tapi di sisi lain juga menunjukkan atmosfer yang mengintimidasi lawannya. Soundtrack khas sang kaiju ikut ditampilkan menambah kesan kuat dari film ini.
Suasana kota yang hancur pasca diserang Amerika membuat penonton seakan bisa merasakan penderitaan warganya. Film ini sangat direkomendasikan untuk ditonton bagi para fans Godzilla series. Untuk penonton yang bukan fans, juga bisa ikut menikmati ceritanya yang tidak terlalu sulit untuk diikuti (kalapena).