Kalapena.id – Film-film aksi dari Jepang sering kali tampil dengan kemasan yang cukup absurd dan mindblowing. Hal itu berlaku juga untuk salah satu rilisan terbaru, Golden Kamuy. Film ini selain sedikit agak unik, tapi juga menampilkan petualangan berburu harta karun yang cukup seru.
Golden Kamuy sebenarnya merupakan live adaption dari serial anime dan manga berjudul sama, karya dari Satoru Noda. Manga ini berlangsung dari dari Agustus 2014, dan chapter terakhir meluncur April 2022.
Golden Kamuy menceritakan petualangan mantan prajurit bernama Sugimoto yang Abadi, yang mencari harta karun berupa emas puluhan ton bersama seorang gadis dari Suku Ainu bernama Asirpa.
Sugimoto mendapat julukannya karena kisah heroiknya di perang Jepang versus Rusia di Port Arthur pada tahun 1905. Di awal film menceritakan kisah ini, dimana ia bertarung seperti orang gila dan menderita banyak luka. Meski begitu, ia tidak mati.
Namun meski sudah berjuang sepenuh raga dan hati, ia malah dibuang oleh pemerintah. Sehingga untuk menyambung hidup, ia terpaksa pergi ke Hokkaido yang jadi setting lokasi dari film ini. Disana ia menambang emas di sungai, tapi belum pernah mendapat hasil.
Di Hokkaido, ia mempelajari sebuah cerita tentang harta karun emas yang terkubur di pulau tersebut. Emas tersebut dikumpulkan tujuh orang Suku Ainu yang akan digunakan untuk melawan orang Jepang. Mereka kemudian dibunuh oleh seorang penjahat, yang selanjutnya mengubur emas tersebut di lokasi yang hanya ia ketahui.
Setelah itu ia ditangkap oleh polisi dan dipenjara di Abashiri. Disana ia membuat tato di punggung sejumlah narapidana, yang mengungkap lokasi harta tersebut. Lokasinya tidak bisa terungkap jika tidak menggabungkan mereka secara bersamaan.
Saat hendak dipindahkan ke penjara lain, para narapidana ini membunuh para sipir dan kabur. Nah, Sugimoto ini tertarik dengan kisah itu, dan akhirnya ia pun memutuskan untuk memburu para narapidana tersebut, agar bisa mendapat emas yang diidam-idamkannya.
Tujuan Tsugimoto ini cukup mulia. Selain untuk mendapatkan uang buat dirinya, ia juga ingin menolong istri temannya yang mengalami kebutaan, agar bisa menggunakannya untuk kesembuhan dirinya.
Baca juga :
- Review A Quiet Place: Day One, Perjuangan dalam Sunyi Demi Sepotong Pizza
- Malignant (2021), Film Horor Berkelas dari James Wan
- Review Munkar (2024), Horor Religi Terbaru Banjir Plot Klise
Dalam perjalanannya mencari harta karun, banyak kesulitan yang ia peroleh. Pada suatu kesempatna, ia diselamatkan oleh gadis Ainu bermata biru bernama Asirpa dari serangan beruang liar. Asirpa ini karakter yang cukup menarik. Wanita mungil ini merupakan gadis serba bisa. Ia pintar berburu, pandai memasak, jago panah, sayang anak-anak dan orang tua, pokoknya material waifu idaman.
Sebagai cast dalam film ini, Sugimoto diperankan aktor kawakan Jepang, Kento Yamazaki, Asirpa diperankan Anna Yamada, antagonis utama Tsurumi diperankan Hiroshi Tamaki dan wakil Kapten Shinsengumi yang legendaris Toshizo Hijikata diperankan Hiroshi Tachi.
Sepanjang dua jam lebih Golden Kamuy yang disutradai Shigeaki Kubo ini, menurut penulis film ini cukup menghibur dengan aksinya yang padat. Bumbu komedi yang ringan hingga absurd juga meramaikan perburuan harta karun ini.
Secara story, Golden Kamuy masih setia dengan versi manganya. Dan secara keseluruhan, film ini mencakup lima episode dari versi animenya. Jadi kemungkinan akan ada lagi sekuelnya yang patut dinanti.
Untuk tampilan grafisnya, pemandangan salju serba putih serta kehidupan hewan liar di Hokkaido memberikan ciri khas yang cukup mencolok di film ini. Kota Otaru yang menjadi kota sentral dalam film ini juga ditampilkan secara realistis mengikuti fakta sejarah yang ada.
Antagonis dalam film ini, Tsurumi juga punya ciri khas yang membuat penonton agak sedikit bergidik. Ia punya kharisma yang membuat anak buahnya loyal kepadanya, kualitas ini juga ada pada diri Hijikata yang jadi kepala pelarian para narapidana.
Ada banyak tone positif dalam film ini, tapi yang paling menonjol adalah Golden Kamuy ikut memperkenalkan kebudayaan dan bahasa Suku Ainu. Seperti yang diketahui, suku asli Hokkaido semakin terpinggirkan karena ditekan oleh Pemerintah Jepang.
Film ini seakan mengajak para penonton untuk lebih peduli lagi kepada mereka yang terpinggirkan akibat dari perubahan zaman.
Kehidupan Suku Ainu di desa yang kecil dan sederhana ini ditampilkan sangat adem ayem. Mereka pecinta damai yang jago berburu. Pantang bagi mereka membunuh manusia, tapi sekali ditekan mereka tidak segan untuk melawan. Namun hal itulah yang menjadi petaka bagi mereka di awal film.
Kekurangan film ini sendiri ada pada kualitas CGI-nya yang kurang halus. Selain itu terdapat situasi aneh, dimana ketika Asirpa dan Sugimoto berkelana, mereka membawa barang seadanya agar tidak memberatkan perjalanan.
Namun di sejumlah momen seperti saat memasak, penulis melihat mereka punya mangkok, sendok sup, panci dan lainnya, yang sejatinya tidak tampak dalam perjalanan mereka. Mungkin ini hal sepele, tapi bisa mengganggu keharmonisan penalaran kita menikmati film ini. Beberapa kualitas akting dari aktor pendukung juga terasa kurang yahud.
Baik dengan kelebihan dan kekurangannya, film ini menurut penulis sangat layak ditonton untuk mengisi waktu luang di akhir pekan. Film ini bisa dilihat secara streaming di Netflix (kalapena).