Kalapena.id – Ketika pertama kali akan tayang di bioskop September 2023, Film Petualangan Sherina 2 sudah sangat dinantikan para penggemar film pertama, yang tayang dua dekade silam.
Sebagian besar penggemar merupakan generasi milenial yang sudah lama menantikan sekuel dari film yang dibintangi Sherina Munaf dan Derby Romero ini. Hype-nya juga cukup besar saat itu.
Tapi sayangnya, nostalgia yang sudah lama didamba tidak selalu berakhir dengan manis. Petualangan Sherina 2 yang disutradarai Riri Riza ini mengangkat kisah duo cilik yang sudah dewasa berusia 33 tahun dalam menjalani hidupnya masing-masing.
Sherina yang memerankan dirinya sendiri menjadi seorang jurnalis televisi, sedangkan Sadam menjadi manajer dari organisasi yang melestarikan orang utan di Kalimantan.
Cerita dimulai saat Sherina yang awalnya ditugaskan ke Swiss buat liputan forum ekonomi dunia, malah ditugaskan ke Kalimantan untuk meliput pelepasliaran orang utan.
Di Kalimantan ia bertemu Sadam setelah berpisah sekitar 10 tahun. Petualangannya dimulai dari sini, dimana mereka harus berpetualang untuk menangkap penculik satwa liar, yang membawa salah satu orang utan untuk diserahkan ke orang kaya di Jakarta.
Secara garis besar, film ini sekuel ini mengambil formula yang sama dengan film pertama. Petualangan Sherina 2 berupaya memadukan gaya musikal dengan sisi petualangan, tapi malah ambyar. Formula tersebut cukup berhasil di film pertama, karena didukung oleh akting bagus dari Sherina dan Derby kecil saat itu.
Namun untuk menerapkan formula yang sama di film sekuel dengan lingkup cerita yang lebih bervariasi, ternyata tidak mudah. Dari yang penulis amati, penempatan porsi musikal di film sering tidak tepat, sehingga mengganggu perkembangan cerita.
Baca juga :
- Godzilla Minus One, Drama Kaiju Versus Manusia Pasca Perang Dunia II
- Review Munkar (2024), Horor Religi Terbaru Banjir Plot Klise
- Review Exhuma (2024), Padukan Horor Berkelas dengan Ritual Shamanisme Korea
Selain itu pola pengembangan cerita juga tidak solid. Tone-nya sangat lambat, jadi menontonnya cepat bosan. Penceritaan yang terlalu sederhana, malah tidak diimbangi dengan dialog yang memorable. Dialognya sangat monoton ditambah akting standar dari dua pemeran utama.
Khusus untuk antagonis yang diperankan Isyana Sarasvati juga tidak berkesan. Ia sepertinya sekadar muncul hanya agar film ini tidak kehilangan momen klimaksnya.
Menurut penulis, formula film pertama sangat disayangkan sekali diimplementasikan di film kedua. Petualangan Sherina 2 seharusnya memiliki pendekatan yang berbeda, karena sudah bukan film anak-anak lagi. Tapi apa boleh buat, film ini dibuild sebagai drama nostalgia untuk para fans terdahulu.
Meskipun begitu, film ini masih memiliki sisi positif. Sinematografinya bagus dalam menggambarkan keindahan hutan di Kalimantan.
Isu yang ditampilkan juga mengenai lingkungan, karena berkaitan dengan kehidupan satwa liar. Ini isu penting untuk menyadarkan penonton mengenai dampak buruk dari perburuan satwa langka yang dilindungi, jika terus dilakukan maka anak cucuk kita tidak akan bisa melihatnya lagi.
Secara keseluruhan, film ini masih layak ditonton, apalagi bagi para fans yang sudah lama menantikan sekuelnya, dan ingin bernostalgia kembali (kalapena).