Sport

El Clasico, Panggung Pembantaian Sang Juara oleh Anak-Anak La Masia

Kalapena.id – Laga El Clasico di pekan ke 11 La Liga menjadi antiklimaks bagi sang juara bertahan La Liga, Real Madrid. Di kandang sendiri Santiago Bernabeu, Los Blancos dibantai rival abadinya, Barcelona 0-4.

Dan yang lebih menyakitkan lagi, 11 pemain mahal El Real dihabisi Los Cules yang sebagian besar pemainnya merupakan lulusan Akademi La Masia (Sekolah Sepakbola Barcelona).

Sebenarnya kedua tim tengah tampil dalam puncak performanya sebelum tragedi 27 Oktober 2024 tadi pagi. Barcelona kokoh di puncak klasemen La Liga dengan perolehan 27 poin. Real Madrid menempel di peringkat kedua dengan 24 poin.

Di Liga Champion, Barcelona baru saja menuntaskan dendam lamanya dengan menghajar Bayern Munich, 4-1. Sedangkan Madrid melakukan comeback sensasional usai menumbangkan jagoan Jerman lainnya Borussia Dortmund, 5-2.

Raphinha saat berduel dengan Jude Bellingham di El Clasico. F dok Facebook Barcelona

Mengenai kelengkapan skuad, Los Galacticos kehilangan Rodrigo, Dani Carvajal, Thibaut Courtouis dan David Alaba. Sedangkan Blaugrana malah lebih banyak lagi pemainnya yang masuk ruang operasi, mulai dari kiper Ter Stegen, Ronald Araujo, Andreas Christesen, Eric Garcia, Ferran Torres dan Marc Bernal.

Meski begitu, El Clasico tetap bertabur bintang, seperti Mbappe, Vini Jr, Bellingham, Lamine Yamal, Lewandowski, Raphinha dan lainnya.

Penulis berharap pertandingan ini berjalan dalam tempo tinggi dan juga skor yang ketat. Pasalnya materi kedua tim cukup berimbang, dimana Madrid unggul tipis dibanding pesaingnya tersebut. Selain itu ada sedikit keraguan karena banyaknya pemain muda lulusan La Masia yang tentu saja masih minim pengalaman bertanding di El Clasico.

Baca juga :

Namun realita di lapangan berkata sebaliknya. Babak pertama berjalan ketat. Duet Mbappe dan Vini Jr sering mengancam pertahanan Blaugrana. Disini peran kuartet pertahanan Barca memainkan peran penting.

Menyadari kecepatan Mbappe dan Vini, Barca memainkan low block dan perangkap offside. Mereka cukup sabar dan disiplin memainkan perannya. Cukup sering kita melihat Mbappe lolos dengan kecepatan larinya, tapi malah kejebak perangkap offside.

Mbappe pun sempat mencetak gol, tapi dianulir wasit karena memang terperangkap offside. Lini tengah Madrid pun seakan kehabisan kreatifitas dan masih terus mengandalkan kecepatan duet penyerangnya tersebut. Babak pertama pun berakhir tanpa gol.

Barcelona yang diperkuat enam pemain La Masia tampil menawan di El Clasico. F dok Facebook Barcelona

Di babak kedua, akhirnya Barca menunjukkan taringnya. Memanfaatkan pergerakan lamban bek Madrid menutup lubang di lini pertahanan, gol-gol Barcelona hadir lewat trisula penyerangnya.

Gol pertama diciptakan Lewandowsky yang lolos dari perangkap offside setelah mendapat umpan terobosan. Gol kedua hadir lewat sundulan Lewa setelah menerima umpan silang dari Balde.

Gol ketiga diciptakan Yamal lewat serangan balik. Tendangan akuratnya menghujam jala Madrid yang dikawal Lunin. Ini merupakan gol pertama bintang muda ini di El Clasico. Dan gol terakhir diciptakan Raphinha setelah mendapat long pass, yang kemudian ia melepaskan tendangan melambung di atas kiper lawan.

Barca kali ini benar-benar menghukum lemahnya pertahanan Madrid, yang terlalu pede dengan kualitas serangannya. Juara UCL 15 kali tersebut sempat memasukkan Brahim Diaz dan Luka Modric untuk memperkuat serangan, tapi usaha tersebut sia-sia belaka karena bek dan gelandang bertahan Barca bermain rapi dan disiplin.

Hasil ini semestinya membuat Madrid lebih mawas diri kembali, pasalnya Los Galacticos saat ini tidak memiliki pemain kreatif yang mampu tampil penuh untuk memanjakan para striker. Ditambah lagi lini pertahanan yang amburadul hanya mengandalkan Rudiger. Sementara duetnya, Militao tampil di bawah ekspektasi, terlihat dari ketidakmampuan pemain Brazil ini mengawal Lewa.

El Real tampaknya harus benar-benar berusaha tampil beringas, karena jika performa Barca yang ciamik ini terus berlanjut, maka gelar La Liga sudah pasti mereka rengkuh.

Di lain sisi, meski berada di bawah tekanan finansial yang kuat, Barcelona masih mampu membuktikan bahwa kualitas akademi sepakbola La Masia masih merupakan yang terbaik di dunia. SSB yang menelurkan Lionel Messi ini selalu tidak pernah kekurangan pemain bertalenta untuk dihasilkan.

Dalam El Clasico ini, enam pemain Barca berasal dari La Masia, yakni bek sayap Alejandro Balde (21), bek sentral Pau Cubarsi (17), gelandang tengah Marc Casado (21), gelandang tengah Fermin Lopez (21), kiper Inaki Pena (25) dan winger Lamine Yamal (17).

Selain lima pemain yang masuk dalam starting line-up El Clasico kemarin, di bangku cadangan masih ada Gavi, Ansu Fati dan lainnya. Marc Bernal yang tengah cedera panjang juga berasal dari La Masia.

Sebenarnya pemain-pemain asli Barcelona ini sudah mengudara sejak 2022 lalu, saat Blaugrana masih dilatih Xavi Hernandez. Namun saat itu, mereka belum mendapat kepercayaan penuh.

Tahun ini pelatih asal Jerman, Hansi Flick masuk menggantikan Xavi yang dipecat karena terlalu sering curhat di media.

Pelatih Barcelona, Hansi Flick mampu membuat Barca tampil trengginas. F dok Facebook Barcelona

Hansi tidak bisa jor joran belanja karena Barca kesulitan finansial. Belum lagi Los Cules masih dalam pengawasan Financial Fair Flay (FFP) UEFA, karena tim ini belanja lebih banyak daripada yang bisa mereka hasilkan.

Praktis Hansi hanya bisa mendatangkan Dani Olmo dari Leipzig dengan mahar 60 juta euro, dan itupun pembarayannya dicicil.

Setelah itu, Barca juga dihantam badai cedera yang membuat mantan pelatih tim panser ini harus mengandalkan pemain binaan La Masia.

Nah disinilah peran Hansi Flick terlihat. Berbeda dengan Xavi yang lebih sering bergulat memikirkan nasibnya, Hansi lebih memikirkan bagaimana caranya menjadi ayah dari para pemain muda ini.

Bukan berarti penulis meremehkan Xavi yang merupakan legeda hidup Barca. Tapi memang ia lebih sering curhat ke media dibanding fokus kepada taktik, dan selalu mengandalkan pemain-pemain yang itu-itu saja, yang kualitas dan loyalitasnya terlihat meragukan.

Di bawah kepemimpinan Hansi Flick, pemain yang tampil melempem musim lalu seperti Raphinha malah tampil gacor musim ini. Lewa juga semakin subur, apalagi Yamal yang semakin matang dalam memberikan umpan-umpan manja.

Hansi memberikan kepercayaan penuh kepada para pemain-pemain muda, dan meminta mereka tampil lepas agar bisa bermain maksimal. Ia juga mengharuskan agar tiap pemain Barca menggunakan jersey atau pakaian beratribut Barca setiap berangkat menuju pertandingan.

Hal ini mampu menyatukan para pemain, agar mampu tampil ganas karena berada di bawah panji yang sama. Penulis melihat bahwa Barcelona akan melangkah lebih jauh musim ini baik di La Liga maupun Liga Champions.

Apakah Barca bisa juara. Kita belum tahu karena perjalanan masih panjang. Tapi jika terus tampil konsisten seperti, bukan tak mungkin gelar tersebut hadir lebih awal (kalapena).

Leave a Reply