Kalapena.id – Kawasan Ekowisata Pandang Tak Jemu di Kampung Tua Bakauserip Nongsa, berfokus pada alam sebagai daya tarik utama. Hamparan pohon bakau yang mempesona adalah pemandangan yang disajikan. Sebagian orang percaya bahwa bakau di Pandang Tak Jemu adalah salah satu yang tertua di Batam.
Pemerintah Kota (Pemko) Batam pernah mengevaluasi bakau-bakau di Pandang Tak Jemu ini sebagai salah satu hutan mangrove tertua di Batam.
Pandang Tak Jemu sendiri mulai beroperasi pada 1 Januari 2019. Per pengunjung dikenakan biaya Rp 10 ribu. Potensi wisata yang ditawarkan yakni adalah untuk mempelajari alam, terutama pohon bakau.

Sambil berjalan di jembatan yang membentang di tengah-tengah hutan bakau di Pandang Tak Jemu, pengunjung dapat menikmati hamparan pohon bakau yang tertata apik.
Pengunjung dapat berswafoto di banyak tempat di antara bakau. Rumah berkubah bulat di tengah hutan adalah salah satunya.
Selain itu, ada kursi unik di salah satu sudut hutan bakau ini. Pasir putih khas pantai dapat dinikmati pengunjung saat mereka berjalan menuju ujung jembatan.
Jalan ke kanan menuju lokasi yang dikelilingi bakau, sering digunakan oleh pengunjung untuk camping dan bakar-bakar ikan, sedangkan jalan ke kiri menuju pantai berbatu dengan banyak bakau.

Wisata ini memiliki banyak hal yang bisa dipelajari selain hanya berlibur. Pengunjung dapat menggunakannya sebagai sarana untuk belajar tentang konservasi alam dan melestarikan mangrove, dan bagi masyarakat sekitar, dapat membantu meningkatkan tingkat ekonomi masyarakat.
Pengunjung dapat berswafoto di banyak tempat di antara bakau. Rumah berkubah bulat di tengah hutan adalah salah satunya.
Baca juga :
- Menjelajahi Wisata Tematik ala Trans Studio Garden Tanjung Pinang
- Oase di Tengah Padang Pasir, Mengungkap Pesona dari Gurun Pasir Bintan
- Berlibur Sambil Menikmati Sunset Menawan di Pantai Tanjung Pinggir
Selain itu, ada kursi unik di salah satu sudut hutan bakau ini. Pasir putih khas pantai dapat dinikmati pengunjung saat mereka berjalan menuju ujung jembatan.
Jalan ke kanan menuju lokasi yang dikelilingi bakau dan sering digunakan oleh pengunjung untuk camping dan bakar-bakar ikan, sedangkan jalan ke kanan menuju pantai berbatu dengan banyak bakau.
Wisata ini memiliki banyak hal yang bisa dipelajari selain hanya berlibur. Pengunjung dapat menggunakannya sebagai cara untuk belajar tentang konservasi alam dan melestarikan mangrove, dan bagi masyarakat sekitar, dapat membantu meningkatkan tingkat ekonomi masyarakat (kalapena).