Kalapena.id – Euro Cup 2024 resmi dimulai. Panggung perhelatan besar tim-tim asal benua biru ini menjadi ajang yang tepat untuk pembuktian bagi Jerman dan Italia, dua raksasa yang remuk redam dalam 10 tahun terakhir ini. Die Mannschaft (julukan Jerman) dan Gli Azzurri (julukan Italia) sebenarnya memiliki skuat yang sangat mengesankan di tiap era. Sayangnya, satu dekade terakhir ini seakan menjadi mimpi buruk bagi dua negara yang pernah menguasai sepakbola dunia tersebut.
Sejak menjuarai World Cup 2014 di Brazil, Jerman mengalami masa kemunduran. Di World Cup 2018 di Rusia, Jerman yang masih diasuh Joachim Loew jadi juru kunci dan bahkan kalah secara memalukan dari Korea Selatan di partai pamungkas.
Di Euro Cup 2020, Jerman mencatatkan rekor lebih baik, lolos hingga babak 16 besar sebelum dihentikan runner up Inggris di Stadion Wembley, London.
Sedangkan di World Cup 2022 di Qatar, tim panser yang diasuh pelatih baru Hansi Flick juga tidak mampu lolos dari grup, setelah hanya duduk di peringkat ketiga dibawah Jepang dan Spanyol.
Saat ini Jerman dilatih mantan pelatih Bayern Munich, Julian Nagelsmann. Pelatih yang bahkan lebih muda dari kiper utama, Manuel Neuer ini punya gaya kepelatihan yang cukup dinamis.
Pelatih yang mengawali karirnya di Hoffenheim, lalu dilanjutkan dengan Leipzig dan Munich ini punya adaptasi yang bagus terkait formasi yang dibutuhkan sesuai dengan lawan yang dihadapi.
Baca juga :
- Bintang Dua Inter Milan, Scudetto Termanis Sepanjang Masa
- Tersingkir dari Euro 2024, Masa Dark Age Sepakbola Italia
- Mandul Tapi Hoki, Hikayat Les Blues Melangkah Jauh di Euro 2024
Ia juga doyan menerapkan possesion football dan implementasikan gegenpressing, dimana ketika kehilangan bola langsung bergerak cepat merebut kembali, tanpa perlu kembali ke formasi semula.
Karena prestasinya yang mampu mengangkat tim secara gemilang, pelatih berusia 36 tahun ini pernah menjadi manajer muda terbaik tahun 2021.
Buktinya sudah ditunjukkan di awal turnamen, saat Jerman menghempaskan Skotlandia 5-1 di Allianz Arena pada pertandingan pembuka Euro 2024, 15 Juni 2024. Dalam match tersebut, Jerman tampil dominan dengan penguasaan bola 73 persen banding 27 persen.
Tim yang dimotori Legenda Real Madrid, Toni Kross tidak memberikan ruang bagi lawan dalam mengembangkan permainan. Mereka terus menekan sejak awal. Di akhir babak pertama, tim panser sudah unggul 3-0.
Secara kualitas tim, Jerman menjadi salah satu yang terbaik di Euro Cup kali ini. Dari kiper hingga penyerang diisi pemain-pemain bertalenta top, yang bermain juga di klub anyar liga-liga top Eropa.
Kiper diisi Neur (Munich), lalu pemain bertahan ditempati Kimmich (Munich), A. Rudiger (Madrid), J. Tah (Leverkusen), dan M. Mittelstädt (Stuttgart).
Lini tengah merupakan kekuatan utama Jerman. Nama-nama besar mengisi pusat komando tim, seperti R. Andrich (Leverkusen), Kroos (Madrid), J. Musiala (Munich), I. Gundogan (Barcelona), dan F. Wirtz (Leverkusen).
Secara keseluruhan, pemain tengah Jerman merupakan nama-nama top yang menjadi pemain inti di tim yang dibelanya. Kualitasnya sebanding dengan prestasi yang sudah diberikan untuk klub. Mereka jadi jaminan kestabilan permainan Jerman saat krisis.
Sedangkan lini depan diisi bergantian olah K. Havertz (Arsenal) dan N. Fullkrug (Dortmund). Havertz menemukan kembali ketajamannya setelah berbaju The Gunners, sedangan Fullkrug menjadi striker andalan Dortmund.
Pemain cadangan juga tidak kalah menterengnya, ada nama-nama seperti Leroy Sane (Munich), T. Muller (Munich), Ter Stegen (Barcelona) dan lainnya.
Dominasi pemain Leverkusen yang jadi jawara Bundesliga tahun ini ditambah pemain gacor Munich menjadi tulang punggung utama permainan Jerman.
Penulis yakin tim ini akan dengan mudah lolos dari grup, dan paling jauh bisa lolos ke final jika bermain dengan performa top. Jika gagal, maka yang salah adalah dari dalam diri mereka sendiri.
Italia Rindu Sosok Striker Haus Gol
Italia dalam hal lain, kualitasnya masih di bawah Jerman. Tim asuhan Luciano Spaletti ini sangat bergantung pada pemain Inter Milan. Pada pertandingan pertama, Italia mengalahkan Albania dengan susah payah 2-1 di Signal Iduna Park, 16 Juni 2024.
Dalam line up formasi utama, ada empat pemain Ill Nerazzuri yakni Bastoni, Di Marco, Barella dan Frattesi. Keempatnya main sejak awal, dan menjadi penyumbang dua gol kemenangan Gli Azzuri, yang dicetak di awal babak pertama.
Italia sempat tertinggal gol sangat cepat saat permainan baru berjalan satu menit, setelah throw-in Di Marco ke Bastoni malah nyasar di kaki Bajrami yang kemudian mencetak gol ke gawang Donnarumma.
Italia yang mendominasi penuh permainan gagal mencetak gol tambahan di babak kedua. Ini menjadi persoalan utama tim berbaju biru ini dalam 18 tahun terakhir, Gli Azzurri tidak punya striker haus gol.
Tampaknya publik Italia merindukan kehebatan striker-striker lawas terbaik, semacam Christian Vieri, Luca Toni, Fillipo Inzaghi, Del Piero dan lainnya.
Dari yang penulis lihat, lini depan Italia yang dihuni F. Chiesa (Juventus), G. Scamacca (Atalanta), dan L. Pellegrini (Roma) tampak belum benar-benar padu.
Baca juga :
- Event Lari di Batam 2024
- Taman Gajah Mada Sekupang, Lokasi Favorit Buat Joging
- Jogging Sambil Beri Makan Ikan di Taman Kolam Sekupang
Aliran bola dari lini tengah juga tampak belum mengalir dengan mulus. Duo Inter Milan yang bermain di tengah, Barella dan Frattesi ini lebih bermain kepada perannya sebagai perebut dan pengalir bola semata, sementara satu tempat lagi dipercayakan kepada Jorginho, yang lebih banyak jadi cadangan di Arsenal.
Meski memiliki lini belakang yang bagus, Italia tampaknya sangat kekurangan pemain kreativitas tinggi dan striker haus gol. Pensiunnya Andrea Pirlo satu dekade lalu, tampak masih belum ditambal pemain lainnya hingga saat ini.
Italia harus bisa membuktikan diri dalam Euro Cup 2024 kali ini. Sebagai juara bertahan, akan malu rasanya jika mereka hanya sampai pada babak 16 besar, atau malah gugur di fase grup.
Bertolak ke belakang, kegagalan mereka untuk lolos ke World Cup dua kali berturut-turut, membuat kemenangan di Euro Cup 2020 tampak seperti keberuntungan semata.
Spaletti harus benar-benar menggunakan seluruh akal dan kemampuannya dalam ajang kali ini, atau Italia hanya akan kembali menjadi bahan gunjingan kritikus. Meski mengantongi tiga poin dari Albania, masih ada Spanyol dan kuda hitam Kroasia yang berpotensi menjadi batu sandungan bagi Gli Azzuri (kalapena).