Sport

Mandul Tapi Hoki, Hikayat Les Blues Melangkah Jauh di Euro 2024

Kalapena.id – Meski tampil di bawah performa terbaiknya, Les Blues tetap melaju mulus menuju semifinal Euro 2024 di Jerman. Di babak empat besar tersebut, Prancis akan menghadapi Spanyol yang bermain brilian sepanjang turnamen.

Satu hal yang unik dari Prancis, yang membedakannya dari Prancis edisi turnamen-turnamen sebelumnya, yakni lini depannya mandul. Meski tidak subur gol, dewi fortuna masih menaungi tim asuhan Didier Deschamps.

Mereka sangat hoki. Buktinya dua dari empat gol Les Blues sepanjang turnamen berasal dari gol bunuh diri tim lawan.

Striker Prancis, Kylian Mbappe baru mencetak satu gol sepanjang Euro 2024. F facebook Kylian Mbappe

Prancis bergabung di grup maut bersama Belanda, Austria dan Polandia. Penampilan tim asal Eropa Barat sepanjang fase grup sama sekali berada jauh di bawah standar biasa.

Partai pertama melawan Austria hanya menang 1-0 lewat gol bunuh diri Max Wobber di babak pertama. Di partai berikutnya melawan Belanda, kedua tim bermain skor kacamata.

Dan di partai pamungkas melawan Polandia, keduanya berbagai satu poin lewat skor 1-1. Dua gol dalam pertandingan ini malah dihasilkan lewat titik putih. Gol Prancis dicetak Kylian Mbappe (Real Madrid).

Memasuki babak 16 besar, dewi fortuna seakan betah bertahan di ketiak tim yang identik dengan ayam jantan ini. Meski menguasai permainan, gol untuk Prancis malah hadir kembali lewat gol bunuh diri pemain Belgia, Jan Vertonghen di menit 85.

Dan terakhir pada pertandingan melawan Portugal di babak perempat final 6 Mei 2024, kedua tim bermain skor kacamata hingga waktu normal selesai. Lagi-lagi keberuntungan menyelamatkan mereka saat adu pinalti, ketika Theo Hernandez mencetak gol pinalti penentu, setelah Joao Felix gagal menunaikan tugasnya.

Prancis pun melaju mulus walau hanya mencetak tiga gol saat waktu normal. Jika dibandingkan dengan Spanyol, persoalan produktivitas gol ini tentu membuat Kylian Mbappe dan kawan-kawan lebih inferior.

Dalam perjalanannya, La Furia Roja tampil trengginas mencetak 11 gol, serta menumbangkan tim tangguh seperti Kroasia, Italia, hingga tuan rumah Jerman, yang juga tampil brilian di turnamen empat tahunan ini.

Berkaca dari lima pertandingan yang sudah dilewati selama Euro 2024, sang pelatih tampaknya mencoba bereksperimen dengan sejumlah skema permainan.

Baca juga :

Pada pertandingan pertama melawan Austria, Deschamps mengandalkan pola pakem favoritnya, 4-2-3-1 yang mengandalkan double pivot Adrien Rabiot dan N’Golo Kante untuk menopang lini serang yang diisi Mbappe, Thuram, Griezman serta Dembele. Meski menang, pengusaan bola antara kedua tim sama rata.

Partai melawan Belanda, Deschamps terpaksa merombak skuatnya karena cedera hidung si kura-kura ninja. Ia mencoba pola 4-4-1-1, yang mengandalkan Griezman sebagai penyerang bayangan di belakang Thuram.

Sementara empat gelandang ditempati, Thcouameini, Rabiot, Kante, dan Dembele. Pola ini terkesan defensif karena menempatkan tiga gelandang bertahan untuk meredam serangan balik cepat Belanda. Prancis memang tampil dominan mengurung Belanda, tapi selalu gagal dalam finishing akhir.

Di pertandingan melawan Polandia, Deschamps mencoba kembali pola baru yang lebih agresif 4-3-3, dimana tiga gelandang defensif mengisi lini tengah untuk menopang trio Dembele, Mbappe dan Barcola.

Sama seperti partai melawan tim oranye, Prancis tampil dominan, tapi tiga penyerang gagal memanfaatkan sejumlah kesempatan emas. Beruntung mereka lolos sebagai runner up berkat kemenangan Austria atas Belanda.

Pola 4-3-3 masih dipertahankan Deschamps saat melawan Belgia. Namun hasil akhirnya bisa ditebak, karena berkat gol bunuh diri pemain lawan, Les Blues memastikan diri lolos ke perempat final.

Nah tantangan yang sebenarnya tiba saat menantang Portugal yang masih diperkuat megabintang Cristiano Ronaldo. Tim dari Eropa Selatan ini diisi oleh kombinasi pemain senior dan muda dengan kreatifitas serta kecepatan yang mumpuni.

Prancis yang mengandalkan skema baru 4-3-1-2 kalah jauh dalam pengusaan bola. Tapi sayangnya finishing touch Portugal yang buruk memberikan angin segar buat juara World Cup 1998 dan 2018 ini.

Pola 4-3-1-2 ala Prancis menempatkan Griezman sebagai playmaker alih-alih penyerang lubang mendukung Mbappe dan Kolo Muani. Prancis pada akhirnya berkat kemenangan 5-3 saat adu pinalti.

Lawan Hafal Pola Serangan Prancis

Penulis melihat mengapa Prancis kesulitan mencetak gol, yakni karena tim lawan sudah hafal dengan pola serangan dari Les Blues yang murni mengandalkan kecepatan.

Mbappe populer karena kecepatannya saat counter attack, begitu juga dengan Thuram dan Kolo Muani. Dengan pola serangan yang berpusat pada striker cepat dan wingback super agresif seperti Theo Hernandez, maka tim lawan belum tentu berani menerapkan open play saat meladeni Prancis.

Pelatih Prancis, Didier Deschamps. F facebook FFF

Cara paling efektif meredam kecepatan striker dan winger Prancis yakni bermain defensif dengan mengutamakan man marking dan parkir bus. Ini strategi yang cukup efektif mengingat Prancis tidak punya pemain dengan visi serta teknik seperti Zidane, yang mampu mengubah jalannya pertandingan saat menemui titik buntu.

Kekuatan Prancis yang sebenarnya bertumpu pada gelandang bertahannya yang dimotori Kante. Meski sudah melewati masa emasnya, ia tetap mampu tampil enerjik mengcover seluruh area lawan demi kembali merebut bola.

Data dari UEFA mencatat, Prancis belum terkalahkan dalam 20 pertandingan terakhir saat Kante masuk starting line-up. Ia dibantu oleh gelandang bertahan hebat lainnya seperti Rabiot, Tchouameini, dan Camavinga.

Sedangkan untuk lini belakang dan kiper, Prancis sebenarnya biasa saja. Dengan segala keunggulannya, Kante mampu memberikan rasa aman dan membuat confidence rekan-rekan di belakangnya tetap tinggi.

Meski mandul, Prancis tetaplah Prancis. Mereka tim yang sulit ditebak. Kadangkala sering tampil di bawah standar, tapi kalau sudah masuk babak gugur, mereka tampil sangat spartan.

Masih ingatkah penampilan Les Blues di partai final World Cup 2022 saat melawan Argentina. Saat tertinggal 2-0, mereka bisa menyamakan kedudukan dan memaksa kedua tim memasuki babak perpanjangan waktu, meski pada akhirnya kalah secara menyakitkan lewat adu pinalti.

Pertandingan melawan Spanyol di semifinal Euro 2024 akan menjadi pertarungan yang menarik antara dua negara yang bertetangga ini. Spanyol yang tampil luar biasa tampaknya menjadi lawan yang tepat untuk mengeluarkan potensi Les Blues yang sesungguhnya, atau Mbappe dan kawan-kawan malah jadi bulan-bulanan Lamine Yamal Cs.

Deschamps harus memutar otak agar timnya terhindar dari kekalahan, sedangkan Mbappe harus membuktikan kapasitas diri sebagai penyerang kelas wahid di hadapan calon superstar baru, seperti Nico Wiliams dan Lamine Yamal. Mari kita saksikan!!! (kalapena).

Leave a Reply