Kalapena.id – Pernah membayangkan bagaimana jadinya superhero menjadi seorang supervillain. Penjahat yang tidak punya rasa belas kasihan terhadap manusia. Nah film berjudul Brightburn (2019) cocok untuk merasakan nuansa baru seperti itu.
Film yang diproduseri oleh James Gunn ini dikerjakan oleh empat studio dan dirilis oleh Sony Pictures pada 24 Mei 2019.
James Gunn merupakan sutradara kawakan yang menyutradarai trilogi Guardian of the Galaxy dan The Suicide Squad.
Sebagai penulis skenario, Gunn mempekerjakan dua orang saudaranya, Brian Gunn dan Mark Gunn. Film ini dibintangi Jackson A Dun sebagai Brandon Breyer, kemudian Elizabeth Banks sebagai ibunya, Tori Breyer, dan Davin Denman sebagai ayahnya Kyle Breyer.
Brightburn mengadopsi pola yang serupa dengan waralaba Superman, dimana ada pesawat luar angkasa yang membawa seorang bayi jatuh ke Bumi.
Pasangan Breyer yang belum punya anak, kemudian mengambil bayi tersebut untuk menjadi anak mereka.
Pada bagian awal film, dapat dilihat sejumlah momen kebersamaan mereka bertiga hingga Brandon menginjak usia 12 tahun.
Setelah itu pesawat Brandon yang ternyata disimpan di gudang oleh ayahnya terbangun. Hal itu membuat kekuatan manusia super dalam diri bocah Breyer terbangun.
Baca Juga :
- Review Alien Romulus (2024), Tegaskan Kembali Teror Mencekam Xenomorph
- Malignant (2021), Film Horor Berkelas dari James Wan
- Review A Quiet Place: Day One, Perjuangan dalam Sunyi Demi Sepotong Pizza
Alih-alih menjadi lelaki baik hati yang melindungi keluarganya, ia malah berubah menjadi monster kejam yang menghabisi seluruh orang terdekatnya.
Begitulah kira-kira sinopsisnya. Sebenarnya jika mau mengambil sudut pandang, film ini seyogyanya bisa dikategorikan film action superhero.
Tapi sayangnya Brightburn mengedepankan genre horor, yang sejatinya tidak cocok untuk film superhero.
Genre horor itu identik dengan atmosfer mencekam, yang ditambah dengan suatu plot yang misterinya membuat penonton penasaran.
Film genre ini berupaya menggiring kita hingga akhir untuk menemukan jawaban dari sebuah misteri. Inilah yang membuat tema supranatural, slasher, thriller menjadi tema favorit dari genre horor.
Sementara itu di Brightburn, tidak ada hal yang membuat kita penasaran atau bertanya-tanya. Ketika Brandon sudah membangkitkan kekuatannya, arah film pun sudah tertebak dengan mudahnya.
Film ini terlalu memaksakan genre horor bertema slasher sebagai kiblatnya. Hal ini tentu saja membuat penonton kadang merasa kurang nyaman. Akting dari aktor dan aktris di film ini juga terbilang medioker. Sedangkan penokohannya juga tidak terlalu mendalam, sehingga tidak ada karakter yang memorable.
Selain itu banyak adegan yang sebenarnya akan lebih baik jika durasinya pendek, tapi malah dipanjang-panjangi. Contohnya saat Brandon mulai melakukan aksi bunuh-bunuhnya, banyak detail adegan yang sebenarnya tidak diperlukan, ditambah lagi dengan scoring ala horor yang membuat kita malah merasa kesal.
Perasaan kesal itu wajar, karena sudah tidak ada lagi misteri yang membuat penonton penasaran dengan Brandon. Kita juga akan semakin kesal melihat tingkah ibunya Brandon yang irasional.
Penonton mungkin bisa memahami bahwa seorang ibu berpikir menggunakan perasaan saat itu menyangkut anaknya. Tapi semestinya dalam porsi yang wajar. Nah Tory Breyer ini karena saking sayangnya malah lupa dengan logikanya, apalagi di hadapan hal-hal yang nyata di depan matanya terutama terkait keanehan Brandon, yang semakin menjadi-jadi.
Tapi dengan menepikan semua faktor yang penulis sebut di atas tadi, film ini tetap enjoyable. Brightburn menawarkan suasana baru bagi penonton yang sudah jenuh dengan gaya penceritaan film superhero yang begitu-begitu saja. Meskipun agak mengesalkan di bagian thrillernya, namun ada nuansa menyeramkan apalagi ketika Brandon sukses menjalankan misinya (kalapena).