Kalapena.id – House of The Dragon (HoTD) sudah memasuki season 2 pada Juni 2024 kemarin. Konflik pun semakin intens antara Ratu Rhaenyra Targarien dengan saudaranya Raja Aegon II. Persaingan ini tampaknya mengarah pada perang naga antara keduanya.
Serial HoTD merupakan prekuel dari Serial Game of Throne (GoT) yang mengudara 2011-2019 lalu. HoTD ini berlatar belakang 200 tahun sebelum peristiwa di GoT.
Berbeda dengan GoT yang memfokuskan pada kisah Daenerys yang merupakan Targaryen terakhir dalam merebut kekuasaan di Westeros. HoTD lebih menyorot konflik di tengah kekuasaan mutlak Targaryen.
Seperti yang diketahui dari season I, dimana Otto Hightower yang jadi Hand of King Raja Vicerys I merebut tahta Seven Kingdom di King’s Landing melalui politik pernikahan.
Ia membuat hati Vicerys I yang kesepian pasca istri pertamanya meninggal takluk pada anaknya, Alicent Hightower yang memang memiliki paras menawan.
Alicent ini merupakan sahabat dari anak pertama Vicerys dari istri pertama, Rhaenyra yang sikapnya memang suka kebebasan sehingga agak tomboy dan liar.

Alicent yang tiba-tiba jadi ibu tirinya membuat hubungannya dengan Rhaenyra pun retak. Ditambah lagi dengan rencana terselubung klan Hightower merebut kekuasaan lewat anak yang dikandung Alicent.
Konflik pun semakin memuncak tatkala anak dari Alicent, Aegon II dinobatkan jadi Raja Seven Kingdom. Rhaenyra yang juga merupakan seorang ratu terpaksa mengasingkan diri ke Dragonstone.
Di akhir season I, Alice yang telah melahirkan dua orang anak, Aegon dan Aemond. Saat konflik makin meruncing, Aemond malah membunuh anak Rhaenyra yang bernama Lucerys dalam adegan pertarungan antara naga yang cukup epik.
Baca juga :
- Venom The Last Dance (2024), Akhir dari Trilogi Kisah Manusia Parasit
- Season II Squid Game: Menggali Sifat Tamak Manusia Hingga Akarnya
- Brightburn (2019), Ketika Superhero Berubah Menjadi Supervillain
Pada awalnya Rhaenyra enggan terlibat konflik. Ia ingin merebut tahtanya dengan cara yang diplomatis. Tapi kematian anaknya mengubah pendiriannya.
Konflik dan peperangan pun semakin tak terelakkan. Rhaenyra membentuk sekutunya yang bernama kaum hitam, sedangkan Alicent juga melakukan hal serupa dengan membentuk kaum hijau.
Kalau boleh jujur, penulis melihat serial GoT maupun HoTD yang merupakan adaptasi dari novel karya George R.R Martin berjudul Song of Fire ini merupakan salah satu film dengan story paling realistis yang pernah dibuat.

Maksud realistis disini bukan pada latar dunianya yang semi high fantasy, tapi pada jalinan interaksi dan perwatakan dari para tokohnya.
Mengapa penulis beropini seperti itu. Karena tidak ada hitam dan putih dalam film ini. Semua tokoh dalam film ini sangat abu-abu sekali. Artinya suatu saat bisa melakukan hal-hal mulia, dan saat berikutnya bisa melakukan hal mengerikan karena suatu kondisi tertentu, benar-benar sangat related sekali dengan kehidupan nyata.
HoTD ini sangat jahannam sekali, karena membiarkan bahkan seorang anak kecil sekalipun dibunuh di depan orang tuanya. Penyebabnya karena keegoisan dari masing-masing pihak yang bertikai.
Secara garis besar, konflik dalam HoTD memang sangat panjang dan berbelit-belit, apalagi jika melihat pohon silsilah keluarga Targaryen yang sudah mengakar kuat sekali.
Tapi konflik yang ada dijabarkan secara rapi dan terukur, sehingga membuat penonton akan selalu mengikuti dengan seksama.

Naga yang menjadi tema utama dari serial ini juga digambarkan dengan efek sinematik kelas wahid. Apalagi ketika ada kejar-kejaran antara para penunggang naga, maka seolah-olah bisa membawa penonton seakan ikut terlibat.
Meski menawarkan cerita yang menarik, tetap saja film ini memiliki unsur yang cukup mengganggu. Contohnya Keluarga Targaryen ini merupakan yang melakukan praktik incest untuk melestarikan keturunan. Incest merupakan praktik haram yang berlaku secara universal saat ini, tapi dulu merupakan hal yang sering dilakukan di kerajaan-kerajaan Eropa.
Di film ini, terlihat dari Aegon yang menikah dengan saudara perempuannya Helaena. Kemudian Rhaenyra yang menikah dengan pamannya Daemon. Benar-benar sinting keluarga Targaryen ini.
Satu lagi yang akan mengganggu kenyamanan menonton yakni adanya adegan dewasa yang cukup intens di serial ini. Bagi penulis dan penonton lainnya di Indonesia yang menjunjung tinggi adat ketimuran, tentu hal tersebut merupakan hal yang tabu untuk ditunjukkan secara eksplisit.
Namun perbedaan kultur antara barat yang liberal dan timur yang konservatif memang harus dikesampingkan ketika menonton serial ini. Selain dari kekurangannya, HoTD sangat pas ditonton bagi mereka yang suka tema politik ala-ala abad pertengahan. Tapi sangat disarankan ketika menonton serial ini jangan membawa anak-anak!!! (kalapena).