Animanga

The War of Rohirrim (2024), Prekuel LOTR dengan Grafis Kelas Wahid

Kalapena.id – Selama dua dekade, penulis menunggu kelanjutan dari trilogi The Lord of The Rings (LOTR) yang melegenda. Desember 2024, prekuel dari film besutan Peter Jackson akhirnya muncul dalam bentuk animasi, yakni The LOTR: The War of Rohirrim.

The War of Rohirrim baru mengudara di bioskop, 13 Desember 2024 kemarin. Film animasi besutan Kenji Kamiyama dan diproduksi oleh New Line Cinema dan Warner Bros Animation ini diadaptasi dari cerita singkat novel LOTR karya J.R.R Tolkien.

Kisahnya berlatar belakang 183 tahun sebelum setting kisah di trilogi LOTR. Film ini mengangkat perjuangan raja Rohan, Helm Hammerhand bersama anak-anaknya, Hera, Haleth dan Hama dalam mempertahankan kerajaan melawan invasi dari pasukan Dunleding.

Raja Rohan, Helm Hammerhand beserta tiga anaknya, Hera, Haleth dan Hama. F dok warnerbros

Dibandingkan kisah si raja, film animasi ini justru menjadikan Hera sebagai pusat atensi. Selain itu, film ini juga mengangkat kisah asal mula nama benteng Helm’s Deep di Hornburg.

Masih ada yang ingat Helm’s Deep. Benteng di gunung terjal ini merupakan lokasi pertempuran epik antara Rohan melawan pasukan Saruman di film The LOTR: The Two Towers (2002), yang juga bagian dari trilogi LOTR.

Di benteng ini, Aragorn, Raja Theoden, Legolas, Ghimli dan lainnya bertahan dari serangan pasukan Saruman semalaman, sampai Gandalf dan pasukannya datang membantu memusnahkan lawannya.

Kembali ke The War of Rohirrim. Film ini bermula dari kedatangan Freca, bangsawan dari West-March, yang masih berada di bawah kekuasaan Rohan.

Penguasa Dunleding berperut buncit tersebut ingin menikahkan anaknya, Wulf dengan Hera. Helm yang tak dari dulu tak suka dengan Freca menolaknya, karena ia sudah terlanjut menjodohkan Hera dengan pangeran dari Kerajaan Gondor.

Penolakan tersebut tentu saja membuat Freca yang arogan marah. Ia menantang duel tangan kosong dengan Helm.

Istana Edoras yang mendapat bentuk animasi. F dok Warnerbros

Dengan sombongnya, Freca terus membacoti lawannya dan menghina Hera. Ia kemudian dua kali memukul Helm, yang tampaknya tidak merasa kesakitan. Lantas setelah itu, raja Rohan memukul balik, dan tebak apa yang terjadi, bangsawan gendut tersebut mati dengan sekali pukulan. Scene ini sangat memuaskan bagi penulis, karena sangat sesuai dengan peribahasa “Tong kosong nyaring bunyinya”.

Jangan-jangan Freca lupa dengan nama panjang Helm, yakni Helm Hammerhand. Pukulannya sekeras palu. Kematian penguasa West-March membuat anaknya Wulf terluka hatinya. Ia bersumpah balas dendam dan merebut tahta Rohan.

Baca juga :

Sebagai prekuel dari LOTR, film ini tidak membawa kita ke cerita soal cincin Sauron. Cincin terkutuk tersebut hanya muncul sebagai cameo saja di salah satu scene.

Berbeda dengan trilogi LOTR yang menyeimbangkan aksi dan drama, The War of Rohirrim agak terkesan melodramatik.

Sang antagonis, Wulf. F dok warnerbros

Kesan tersebut bisa dilihat dari antagonisnya, si Wulf. Di dunia LOTR yang menjunjung tinggi kehormatan prajurit, ia malah mengabaikannya dan terus bertindak kecurangan demi kecurangan. Semua tindakannya seperti anak kecil yang merajuk kehilangan mainan, dan terus menuntut untuk mendapatkannya kembali.

Ya, Wulf sangat menjengkelkan. Bukan hanya dia, tapi si raja Rohan, Helm juga sama menyebalkannya. Ia merupakan pria yang sangat kuat, tapi emosi dan keegoisannya selalu membuatnya berada di posisi sulit, yang pada akhirnya membawanya pada banyak kemalangan pada keluarganya.

Mengenai Hera sendiri, seorang heroine di dunia LOTR merupakan barang langka. Meski penokohan dan kisah yang ada padanya tidak terlalu istimewanya, tapi rasanya cukup untuk menjadi fondasi penting dalam film ini.

Hera merupakan tipe gadis pemberontak yang baik hati, yang tidak senang diikat dengan peraturan, pernikahan ataupun hal-hal sejenis lainnya. Ia lebih suka kebebasan sehingga dijuluki sebagai gadis liar.

Secara garis besar, prekuel LOTR ini masih kalah jauh dari trilogi LOTR yang merupakan masterpiece. Dari segi story, sebenarnya lumayan bagus tapi tidak istimewa seperti pendahulunya.

Dialognya juga terkesan biasa saja, dan tidak ada dialog heroik yang menggetarkan jiwa seperti trilogi LOTR. Bahkan menurut penulis, di satu scene yang jadi klimaks dari film ini ada yang mirip dengan salah satu adegan di anime One Piece. Benar-benar mirip sekali cuma beda situasi dan waktunya saja.

Selain itu, karakter Helm terasa sangat overpower sekali seperti dibuat tanpa batasan kekuatan. Dan hal tersebut terasa agak janggal mengingat di trilogi LOTR, meski ada kalanya seorang karakter terlihat kuat, tapi tetap ada batasannya.

Hera saat bertarung dengan Wulf. F dok warnerbros

Mohon maaf jika penulis membandingkan The War of Rohirrim dengan trilogi LOTR, karena tiga film tentang kisah Frodo Baggins tersebut menjadi standar semesta LORT yang memang sangat sulit dicapai.

Dan sudah menjadi hal yang lumrah, kalau sekuel atau prekuel lanjutan diharapkan bisa melebihi kesuksesan trilogi LORT, meskipun kenyataannya agak mustahil.

Sisi positifnya, The War of Rohirrim yang berkonsep animasi ini memiliki grafis yang sangat memukau ala-ala anime barat. Kalau bisa dikatakan, malah sudah semi realistis. Contohnya pemandangan landscape pegunungan salju di sekitar Rohan yang sangat mempesona.

Detail dari masing-masing karakter juga tergambar dengan seksama. Saya cukup takjub melihat kecantikan Hera yang mirip seperti putri Disney, yang sepertinya salah kamar di film ini.

Ada banyak detail yang mengagumkan, meskipun suasana penggambaran peperangan agak sedikit muram, karena berada tepat di musim dingin. Soundtrack yang digunakannya juga sama dengan trilogi LOTR, sehingga membuat penonton fanatik pasti merasakan nostalgia.

Secara garis besar, film ini bagus untuk mengisi waktu luang. Penonton akan diajak sedikit memahami sejarah dari semesta LOTR yang luar biasa karya dari bapak high fantasy modern, J.R.R Tolkien (kalapena).

Leave a Reply