Kalapena.id – Flu Singapura, dulu hanya mendengar namanya, sekarang tahu bentuknya. Judul tulisan ini saya kira cocok dengan apa yang saya alami sekarang.
Beberapa tahun lalu, saya cukup sering mendengar istilah penyakit Flu Singapura, tanpa mengetahui secara pasti bagaimana bentuknya.
Berita terkait Flu Singapura memang lagi ramai kala itu. Sejumlah media di Indonesia melaporkan banyak anak tertular penyakit ini.
Waktu itu penjelasan yang saya tangkap, permainan mandi bola menjadi salah satu rute penyebarannya.
Di kemudian hari setelah memiliki anak, saya sebisa mungkin tidak mengajaknya main mandi bola di tempat permainan anak. Tujuannya agar terhindar dari virus ini.
Namun qadarullah, anak saya terkena penyakit Flu Singapura saat ini.
Berawal Jumat, 27 September 2024 malam, muncul bentol-bentol di kaki dan tangannya. Di punggung, dan dadanya juga ada walaupun sedikit.
Si nenek (ibu saya) bercerita, sebelumnya memang memberi cucunya (anak saya) minum air kelapa beberapa sendok.
Itu karena kondisi si cucu yang demam, normal, demam lagi. Kondisi ini tidak terjadi dalam sehari. Adalah dua hari.
Nenek lalu berinisiatif memberinya air kelapa. Beberapa jam kemudian, muncullah bentol-bentol mirip cacar air di tubuh si cucu.
Si nenek menyebut cucunya kena cacar. Karena kondisi sudah malam, diputuskan besoknya, Sabtu, 28 September 2024, berobat ke klinik.
Sebagai gambaran, sebenarnya anak saya sudah berobat karena batuk, flu, seminggu sebelum dibawa ke klinik yang sama. Kalau untuk demam, kejadiannya beberapa hari setelah dibawa ke klinik yang pertama.
Dan pada saat kali kedua dibawa ke klinik, selain mengeluhkan bentol-bentol di tubuhnya, saya masih mengeluhkan batuk si anak belum hilang.
Baca juga :
- Cara Mudah Pindah Faskes Melalui Aplikasi Mobile JKN
- Jalan-Jalan ke Singapura, Berikut Panduan Berlibur ke Negeri Singa
- Cara Daftar Berobat ke Regency Specialist Hospital di Malaysia dan Estimasi Biayanya
Begitu masuk ke dalam ruangan dokter, dengan cepat dokter memeriksa bentuk bentol-bentol di tubuh anak saya dengan bantuan senter kecilnya.
Dari kaki, ke tangan, lalu ke mukanya. Saat itu kondisi bentol-bentol sudah sampai ke telapak kaki.
Memang dari pengamatan saya, bentol-bentol seperti rongga berair ini paling banyak berada di tangan dan kaki.
“Di mulut juga ada?,” kata dokter bertanya saat itu.
“Ada di bagian depan (sekitar dagu) sedikit,” jawab saya.
Dan, tadaaa… Dari hasil pemeriksaan dokter, disebutlah penyakit Flu Singapura atau dalam istilah medisnya penyakit Kaki Tangan Mulut (KTM).
Penyakit ini disebabkan virus. Penyebarannya bisa lewat udara.
Dokter mengakui, dari bentuknya KTM atau banyak juga disebut Flu Singapura sekilas mirip cacar air.
“Tapi ini KTM, sudah tepat dibawa ke dokter,” kata dokter laki-laki itu yakin.
Ia pun berusaha mengonfirmasi apakah ada orang di sekitar rumah yang sedang mengalami penyakit ini. Saya jawab tidak.
Sejujurnya, saya tidak mengetahui pasti dari siapa dan dari mana anak ini tertular. Karena anak saya memang suka jalan-jalan ke luar rumah naik kendaraan.
Oh ya, ternyata penyakit ini memang lagi banyak terjadi pada anak-anak usia 0-5 tahun di Batam dan sifatnya menular.
Namun kata dokter, penyakit ini tidak menular pada orang dewasa.
Nah, tidak seperti cacar yang muncul sekali seumur hidup, KTM masih bisa muncul lagi walaupun si anak sudah pernah kena.
Itu tergantung daya imun. Namun gejalanya jika kena kali kedua, lebih ringan dibanding yang pertama.
Masih kata dokter, tidak ada larangan tertentu bagi anak yang sedang sakit KTM atau Flu Singapura.
Si anak boleh kena angin, boleh kena air. Bahkan wajib mandi.
Hanya saja saat itu dokter melarang makan gorengan dulu. Bisa jadi karena si anak lagi batuk.
“Stop obat sebelumnya. Minum obat (baru) yang saya kasih ini saja. Nanti juga ada salep racikan saya. Dioles tipis-tipis pagi dan malam atau mau tidur ke kaki dan tangannya,” katanya.
Ada tiga obat yang diberikan bagian farmasi klinik saat itu. Pertama antibiotik, kedua obat batuk bubuk+obat untuk KTM, dan ketiga obat salep.
Tiga hari setelah berobat memang nampak hasilnya. Bentol-bentol yang sebelumnya berwarna merah segar, mulai mengering, dan bersiap menuju masa pengelupasan.
Pada Rabu, 3 Oktober 2024, kami kembali datang ke klinik sesuai arahan dokter.
Hasilnya bagus. Bentol-bentol mulai kering, dan dilanjutkan pakai salep racikan dokter.
Dokter meyakinkan bekas bentol-bentol itu bisa hilang. Untuk penyembuhannya juga lebih cepat hitungan minggu, dibandingkan cacar.
Apa Itu Penyakit Kaki Tangan dan Mulut?
Melansir dari kemkes.go.id, KTM ditandai dengan demam, munculnya ruam pada kulit dan blister (benjolan kecil) di telapak kaki, tangan dan mukosa mulut.
Disebutkan, bagi penderitanya cenderung tidak nafsu makan dan mengalami nyeri pada tenggorokan.
KTM dapat ditularkan melalui kontak langsung orang ke orang. Yakni melalui droplet, air liur, tinja pasien dan lesi.
KTM bukan penyakit berat dan akan sembuh dalam 7-10 hari. Adapun pengobatan yang diberikan sifatnya suportif.
Tidak ada pencegahan khusus untuk penyakit ini. Tetapi risiko tertular dapat diturunkan dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), seperti cuci tangan pakai sabun dan lainnya (pikarenji).