Kalapena.id – Serie A musim 2023/2024 telah berakhir. Inter Milan menobatkan diri sebagai jawara salah satu kompetisi sepakbola paling prestisius di muka bumi. Permainan Nerazzuri tanpa cela, Scudetto pun diraih dengan ciamik.
Gelar tersebut semakin sempurna dan manis karena diraih di pertandingan Derby Della Madonnina melawan AC Milan di Stadion San Siro, 23 April 2024. Inter menang dari rival abadinya yang duduk sebagai runner up kompetisi tahun ini dengan skor 2-1.
Scudetto ke-20 kali ini menambatkan bintang dua ke tim kebanggaan kota Milan tersebut. Inter hanya kalah dari Sassuolo kandang dan tandang. Selebihnya tidak ada tim lain yang bisa menghadiahkan nirpoin untuk La Beneamata.
Penulis secara pribadi telah menjadi pendukung Inter Milan sejak 1997, saat dimana Serie A masih jadi yang terbaik di muka bumi. Cinta pertama saat itu karena adanya Ronaldo Nazario di skuat La Beneamata.
Berbicara mengenai kesuksesan tahun ini, Inter berada di peringkat kedua Scudetto terbanyak setelah Juventus dengan 36 gelar. Gelar Inter ini sudah diprediksi sebelum kompetisi dimulai, penyebabnya karena strategi transfer pemain yang mumpuni, kekompakan pemain, kesolidan lini belakang, permainan apik kiper Yan Sommer, serta strategi brilian pelatih Simone Inzaghi.
CEO Inter, Beppe Marotta yang pernah malang melintang di klub rival menjadi aktor penting di balik kesuksesan transfer Nerrazuri di musim panas kemarin.
Bermodal 76 juta euro, Inter mampu menambal lubang di semua lini. Jumlah ini masih terbilang kecil bila dibandingkan belanja AC Milan yang capai 113,5 juta euro, tapi nol gelar sama sekali. Bahkan terbilang masih receh jika mau dibandingkan dengan belanja klub Premier League seperti Chelsea, Manchester United, dan Arsenal yang sampai ratusan juta Poundsterling.
Dengan modal minimalis tersebut, Inter mendapatkan jasa Kristjan Asllani dari Empoli (10 juta euro), lalu mempermanenkan Fransesco Acerbi dari Lazio (3,5 juta euro), Yann Bisseck dari Aarhus (7 juta euro), Yann Sommer dari Munich (6,75 juta euro), Benjamin Pavard yang juga dari Bavarian (30 juta euro), dan transfer musim dingin Tajon Buchanan dari Club Brugge (8,5 juta euro).
Baca juga :
- Patahkan Kutukan Neverkusen, Leverkusen Sabet Gelar Juara Bundesliga
- Mereka yang Menangis dan Tertawa di Penghujung Serie A Italia 2023/2024
- Nestapa The Red Devils, Berikut Lima Alasan MU Terpuruk Musim Ini
Transfer paling jitu yakni Marcus Thuram yang datang dari Borussia Monchengladbach dengan free transfer. Anak dari legenda Prancis Lilian Thuram ini diproyeksikan untuk menggantikan pemain yang sering menyamar jadi bek lawan, Romelu Lukaku yang tak kunjung berhenti menorehkan luka di hati pendukung Interisti.
Dan pada kenyataannya Thuram bermain apik sepanjang musim. Ia tandem yang pas buat kapten Lautaro Martinez. Kecepatan dan trik-triknya merepotkan lawan. Pemain bernomor punggung sembilan ini juga brilian dalam memberikan umpan.
Tercatat sepanjang Serie A bergulir, ia tampil di 30 match dan mencetak 13 gol dan 7 assists. Thuram menjalani musim perdana dan langsung meraih Scudetto, sebuah transfer fenomenal tahun ini, gratis lagi.
Setelah itu untuk menambah kedalaman lini tengah dan depan, beberapa pemain gratis didatangkan seperti Juan Cuadrado dari Juventus, Alexis Sanchez dari Marseille, Davy Klasseen dari Ajax, dan Raffaele Di Gennaro dari Gubbio.
Selain transfer, ada juga pemain pinjaman. Davide Frattesi dari Sassuolo (6 juta euro). Penampilannya sebagai supersub membuatnya diyakini akan menjadi pilar Inter di masa depan. Di akhir musim, Inter harus mempermanenkannya dengan mahar 32 juta euro. Lalu ada kiper Emil Audero dari Sampdoria, Carlos Augusto dari Monza (4,5 juta euro) dengan klausul permanen 7,5 juta euro tambah bonus, dan Marko Arnautovic dari Bologna.
Punggawa Inter juga laku dipinang klub lain. Total Inter mampu meraup 132,5 juta euro dari penjualan pemain, misalnya Onana yang hijrah ke Inggris dengan mahar 52,5 juta euro, lalu Andrea Pinamonti yang laku 20 juta euro ke Sassuolo, Brozovic yang juga memilih tantangan baru di Liga Arab laku dengan mahar 18 juta euro, serta berbagai penjualan menguntungkan lainnya.
Meski kedalaman skuad sudah teratasi, masih ada kendala karena pemain-pemain veteran cenderung jadi pasien BPJS musim ini seperti Cuadrado dan Arnautovic.
Ditambah dengan pemain baru, pemain-pemain Inter Milan sebenarnya sudah sangat solid, mereka sudah teruji bermain bersama selama bertahun-tahun. Trio lini belakang yang diisi bergantian oleh Bastoni, Acerbi, Pavard, Bisseck, De Vrij mampu tampil dominan menjaga kedalaman lini belakang Inter. Tercatat Ill Nerrazzuri hanya kebobolan sebanyak 22 gol sepanjang musim.
Hal itu berjalan bersamaan dengan produktivitas Inter, yang mampu menyarangkan 89 gol ke gawang lawan, tertinggi hingga akhir kompetisi.
Kekuatan Inter yang sesungguhnya adalah terdapat di lini tengah. Pemain-pemain brilian seperti Barella, Mkhitarian, Calhanoglu, Di Marco, serta Dumfries menjadi fondasi kuat Inter Milann dalam mendominasi permainan.
Mereka telah bermain bersama sejak 2022, sehingga permainannya tampak menyatu. Belum lagi mereka dilapisi oleh Fratessi, Aslani dan lain-lain. Rotasi pun memungkinkan untuk dilakukan menghadapi tiga kompetisi berat secara bersamaan.
Untuk lini depan, Inter cukup beruntung karena Lautaro tidak mengalami cidera. Pasalnya kalau masuk meja operasi, Inter tentu akan keteteran karena dua pelapisnya, Sanchez dan Arnautovic sudah masuk kategori pemain veteran, yang sudah kehilangan pace-nya.
Inter Punya Banyak Variasi Serangan
Penulis senang melihat cara bermain Inter musim ini. Mengandalkan 3-5-2, La Beneamata tidak terlalu mendominasi penguasaan bola ketika bertemu tim kuat atau tim yang bermain agresif. Seperti cara bermain umum tim Italia, Inter bermain sabar dan menunggu kesempatan. Jaminan tersebut semakin mantap karena didukung oleh lini belakang yang solid.
Baca juga :
- Event Lari di Batam 2024
- Taman Gajah Mada Sekupang, Lokasi Favorit Buat Joging
- Jogging Sambil Beri Makan Ikan di Taman Kolam Sekupang
Ada banyak pilihan ketika Inter mulai menyerang lawan. Dengan skill olah bola yang mumpuni, jenderal lapangan tengah macam Calhanoglu dan Mkhitarian mampu mendikte tempo serangan. Ketika alur bola dari tengah buntu, maka bola bisa dikirim ke sayap, dimana Di Marco maupun Dumfries akan mulai berlari mengirim umpan matang ke duet striker.
Jika diserang, bek sayap akan turun untuk mengubah formasi jadi 5-3-2. Pemain taktis seperti Barella bukan hanya jago mengalirkan bola, tapi juga jadi benteng pertama ketika Inter mendapat serangan. Kemudian Bastoni yang notabene bek sentral ternyata memiliki longpass yang akurat. Inilah makanya penulis mengatakan Inter punya banyak variasi penyerangan. Mereka tidak perlu takut kehabisan kreativitas, karena banyak pemain kreatif di dalamnya.
Sedangkan di lini depan, Lautaro dan Thuram bermain apik. Keduanya saling mengisi, sang kapten dengan positioning yang bagus, sedangkan Thuram dengan kecepatannya meneror lawan. Umpannya juga bagus, karena sering dikonversi jadi gol.
Kehadiran kiper Yan Sommer yang sempat diragukan, ia malah membuktikan kapasitasnya dengan berbagai penyelematan bagus, dan sering menjaga gawangnya cleansheet. Interisti pun bisa melupakan Andre Onana yang hijrah ke klub medioker Manchester United.
Penulis agak menyayangkan kegagalan Inter Milan di Liga Champions saat kalah dari taktik ultra defensif Atletico Madrid. Tapi yang namanya sepakbola, tidak semuanya bisa berjalan sesuai yang diharapkan.
Dengan kapabilitasnya, Simone Inzaghi mampu menjaga kerukunan skuatnya. Mantan pemain Lazio ini mampu membuktikan kiprahnya sebagai pelatih top di Eropa musim ini. Kelihaiannya dalam meramu tim dan menemukan pola yang seimbang antara bertahan dan menyerang membuat penulis yakin Inter akan tetap menjadi kontender utama untuk Scudetto maupun Liga Champion musim depan.
Saat ini kepemilikan Inter telah berganti ke Oaktree Capital, karena pemilik sebelumnya Suning Group gagal membayar hutang senilai 395 juta euro, maka Oaktree mengakuisisi kepemilikan Inter Milan.
Meski didera persoalan finansial, Inter tetaplah Inter jawara Italia. Tempat lahirnya pemain-pemain hebat dan legendaris. Inter menjadi penopang utama skuat Italia dalam menghadapi Euro 2024 yang digelar Juni 2024, dimana tidak ada pemain AC Milan yang berkontribusi sama sekali di tim berjulul Gli Azzuri tersebut.
Forza La Beneamata (kalapena).