Kalapena.id – Film horor saat ini menjadi trademark dunia perfilman Indonesia. Namun untuk mencari karya yang bagus saat ini, bagai mencari jarum di atas tumpukan jerami. Pada awalnya penulis mengira “Kereta Berdarah” akan menjadi pemuas dahaga akan genre horor, namun nyatanya keliru.
Penulis menemukan film ini ketika mencari rekomendasi di platform streaming Netflix. Kereta Berdarah berada di pencarian teratas film favorit. Tanpa menunggu waktu yang lama, langsung ditonton untuk mengisi waktu luang.
Sebagai informasi, film yang baru rilis tahun ini tersebut disutradarai Rizal Mantovani, spesialis genre horor. Pemeran utamanya yakni Hana Malasan sebagai Purnama, Zara Leola sebagai adik Purnama bernama Kembang, lalu Fadly Faisal sebagai Tekun, dan Kiki Narendra yang menjadi antagonis utama bernama Bara.
Mungkin bagi penonton horor kawakan, nama Kiki Narendra tidak asing lagi. Ia sering kebagian peran menjadi ustadz seperti di film Pengabdi Setan 2. Kali ini, pria brewokan tersebut mendapat peran sebagai tokoh jahat yang menyebalkan.
Film Kereta Berdarah mengisahkan tentang perjalanan dua kakak beradik, Purnama dan Kembang menaiki kereta api Sangkara menuju resort yang bernama serupa.
Dalam perjalanannya, kereta tersebut harus melewati sebanyak empat terowongan. Nah, kisah horornya dimulai saat itu, dimana tiap memasuki satu terowongan, ada kejadian menakutkan yang merupakan ulah dari entitas mengerikan.
Sebenarnya film horor ini satu datang dengan membawa formula dan premis yang segar. Tapi sayangnya, ide tersebut tidak bisa dieksekusi dengan sempurna oleh para kru film.
Mengapa penulis mengatakan demikian. Dengan durasi 103 menit, film ini sama sekali tidak ada seram-seramnya. Faktor utamanya yakni karena alur cerita sangat mudah ditebak, penonton tidak perlu berotak brilian hanya untuk menebak ke arah film ini akan berlabuh.
Kemudian, dialognya terkesan tidak tepat dengan situasi yang ada, ditambah lagi dengan kualitas akting yang kurang jos. Namun satu hal yang membuat cerita film ini flop, yakni ketidakmampuan membangun atmosfer mencekam.
Baca juga :
- Aquaman and The Lost Kingdom (2023), Kisah Terbaru Aquaman Pasca Skandal Amber Heard
- Review Exhuma (2024), Padukan Horor Berkelas dengan Ritual Shamanisme Korea
- Review Pasustri Gaje (2024), Jomblo Ngenes Dilarang Nonton
Seyogyanya film horor mampu menciptakan atmosfer horor yang semakin intens seiring berlalunya durasi film. Tujuannya adalah untuk menciptakan klimaks atau plot twist yang membuat penonton terkesima.
Karena hal ini, makanya penulis katakan film ini tidak seram. Film ini memang tidak memainkan jump scare terlalu banyak, ada juga adegan gore, tapi karena kemunculan hantu yang bisa ditebak, ya jadinya seperti kehabisan bumbu untuk membuat Kereta Berdarah bisa dinikmati hingga durasinya selesai.
Ketika kereta masuk ke terowongan, kita sudah bisa menebak dengan benar, apa yang akan terjadi. Daripada film horor, penulis lebih tepat menyebutnya sebagai film yang menampilkan entitas tersebut sebagai bencana bagi para penumpang.
Sebagai pencarian teratas di Netflix, film ini terlalu overrated. Tehnik pemasarannya bagus, tapi film-film horor seperti ini masih butuh banyak improvisasi di berbagai lini, untuk mengangkat genre ini kembali ke masa kejayaannya (kalapena).